Tuesday, April 14, 2020

Tauhidullah menurut Syed Muhammad Naquib Al-Attas



Dalam Islam, Allah Swt merupakan realitas tertinggi dan menjadi acuan setiap aktivitas seorang Muslim. Adapun seorang Muslim dinilai kurang sempurna imannya jika dalam satu aspek dia menjadikan Allah Swt sebagai acuan, tapi dalam aspek lain menepikan Allah Swt. Apapun aktivitas, profesi dan kegiatan manusia seharusnya merupakan penghambaan (ibadah) kepada Allah Swt. Mengapa demikian?

Jika ditinjau konsep atau prinsip yang paling mendasar, sekaligus paling luas atau komprehensif untuk menata dan mengembangkan kehidupan secara keseluruhan, tiada lain adalah konsep tauhid “tauhidullah”. Banyak tafsir, antara lain tafsir Fi Zhilalil Quran, memastikan bahwa konsep inti yang ada pada seluruh ungkapan Al Quran adalah tauhid. Seluruh dimensi dan masalah kehidupan yang diangkat dalam Al Quran berangkat dan bermuara pada konsep tauhidullah. Tauhidullah disini diartikan atau berpandangan, bahwa alam dan kehidupan seluruh gerak dan diamnya merupakan satu kesatuan sistem yang menyebabkan Allah sebagai satu-satunya. Semuanya gerak dan diamnya memiliki makna dan tujuan yang jelas, memiliki fungsi yang proporsional yang pasti menjamin harmonis alam dan sekitarnya. Semuanya hanya ada di satu tangan kehendak yaitu satu-satunya yang esa, tempat bergantung semuanya, tidak tergantung kepada apapun.

Al Quran secara berani mengkorelasikan do’a manusia, dzikir dan istigfarnya dengan perilaku alam. Manusia beristigfar, alam merespon. Kebenaran yang dipastikan oleh manusia hanya kebenaran yang berujung pada fakta empirik, agak sulit diterima dan dibenarkan, tapi tatkala kita memastikan keadilan Allah yang Maha satu satunya, menjadi satu keniscayaan. Tauhidullah merupakan segala-galanya. Haji, qurban, hijrah, semuanya bersendikan dan berintikan tauhidullah. Haji dengan segala perosesnya membina dan menanamkan secara pasti tauhidullah, sesungguhnya kebanggaan, kemuliaan, nikmat, jabatan, hanya milik Allah. Qurban merupakan implementasi nyata dari tauhidullah dengan prinsip penyerahan total kepada bimbingan Allah.

Dalam pandangan Islam, realitas tertinggi adalah Tuhan, dan menjadi asas paling dasar dalam aktivitas berpikir. Dalam menjalani kehidupan beragama ini, seorang Muslim memiliki pandangan-pandangan terhadap konsep kehidupan, manusia, akhlak, ilmu alam dan lain sebagainya. Jika konsep-konsep yang berpusat dengan konsep Allah ini berfungsi menjadi alat utama memandang sesuatu, maka seorang Muslim memandang realitas ini dalam kesatuan konsep yang berpusat kepada tauhid. Maka, apapun keahlian ilmu seorang Muslim; fisikawan, ahli kedokteran, insinyur, ahli ekonomi, teolog, ahli falsafah, faqih, dan lain-lain, jika menggunakan tauhid sebagai  standarnya, maka ilmu yang terpancar dari akal fikirnya menjadi kekhasan tersendiri sebagai seorang ilmuan Muslim yang hakiki.

Mengutip jurnal yang ditulis oleh Tri Arwani mengenai Relasi Tuhan dan manusia menurut Syed Muhammad Naquib Al-Attas, relasi Tuhan dan manusia dalam pandangan Al-Attas sangat berhubungan dengan konsep Al-Attas mengenai ketuhanan yang membedakan juga konsep Tuhan sebagai Rabb dan Tuhan sebagai Ilah. Tuhan sebagai Ilah yang didapat dar konsep tauhid uluhiyah, memiliki arti tidak menyekutukan-Nya dan tunduk serta taat kepada-Nya degan cara, metode serta jalan yang telah dtunjukkan dan disetujui oleh-Nya. Sedangkan Tuhan sebagai Rabb didapatkan dari konsep tauhid rububiyah, yang meyakini Allah sebagai Sang Pencipta, Yang Memiliki dan Yang Mengatur. Ketika relasi antara Tuhan dan manusia ditinjau dari konsep tauhid uluhiyah, maka posisi manusia adalah seorang hamba Allah yang tujuan awal dari penciptaan dan eksistensi manusia untuk mengabdi kepada Allah dengan penuh kesadaran dan keinginan karena Allah semata dan sesuai dengan syari’at-Nya. Sedangkan dilihat dari konsep tauhid rububiyah manusia memiliki amanah sosial sebagai khalifah Allah di bumi Sebagai khalifah di bumi yang harus menjadikan Al-Quran dan hadish sebagai pedoman utama.

Menurut Prof. Syed M Naquib al-Attas, orang baik itu orang yang menyadari sepenuhnya tanggung jawab terhadap dirinya kepada Tuhan, sekaligus memahami dan menunaikan keadilan terhadap diri, orang lain dan alam. Konsep kebaikan tidak lepas dari keilahian. Adil terhadap diri, manusia dan alam itu berpondasi kepada Tuhan, bukan kepada rasio belaka. Artinya, orang baik itu adalah ber-tauhid sekaligus toleran (Wan Mohd Nor Wan Daud,Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed Muhammad Naquib al-Attas,terj. hal. 174). Muslim bertauhid harus muslim manusiawi begitu pula sebaliknya. Maka, humanis dalam Islam didasari oleh ketuhanan dan sebaliknya muslim bertwhīd yang baik mestinya menjadi pribadi yang dikatakan ‘humanis’. Berbeda dengan worldview Barat, bahwa menjadi humanis tidak perlu menjadi religius, seorang ateispun dapat menjadi humanis. Dalam konsep Islam, pribadi seperti ini bukan orang baik.

          Bagi Prof. al-Attas, kebebasan sesungguhnya adalah bertindak sesuai dengan yang dituntut oleh hakikat sebenarnya dari dirinya. Yaitu kembali kembali kepada kecenderungan alami, sebagai hamba yang khudu’ (patuh).  Khudu’ ini adalah konsekuensi tauhid. Menurut Imam al-Thahawi, tujuan tawhīd adalah menjalankan keimanan dengan hukum-hukum syari’at (Abdul Ghaniy al-Ganimiy al-Maidaniy al-Hanafi al-Dimasyqi,Syarh al-‘Aqidah al-Tahāwiyah, hal. 47). Maka dari itu, dalam pandangan Islam, kebebasan manusia itu kebebasan diri ruhani, yaitu pengembalian diri kepada hakikat yang sebenarnya yang pernah mengikat janji kepada Allah SWT. Kebebasan adalah bentuk penghambaan yang murni kepada Allah SWT secara sempurna. (Syed Muhammad Naquib al-Attas,Risalah Untuk Kaum Muslimin, hal. 82, dan Tinjauan Ringkas Peri Ilmu dan Pandangan Alam, hal.63-64)

Sumber :
Aam Abdusalam.2017.Konsep Tauhid “Tauhidullah”. http://islamiccenter.upi.edu/konsep-tauhid-tauhidullah/
Khoili Hasib.2019.Konsep Tauhid dan Kajian Pespektif Worldview Islam. http://inpasonline.com/konsep-tauhid-dan-kajian-perspektif-worldview-islam/
Tri Arwani.2018.Relasi Tuhan dan Manusia menurut Syed Muhammad Naquib Al-Attas. http://digilib.uinsby.ac.id/22472/

.



0 comments:

Post a Comment